Shalih Tanpa Nama

Copy of mosqueAl-Qur’an banyak bercerita tentang orang-orang shalih tanpa nama.  Memang ada kisah-kisah israiliyat yang mengurai nama-nama dari orang-orang tanpa nama di AlQur’an itu.  Tapi tak mudah mempercayai kisah israiliyat itu.  Karenanya mengimani kebenaran peristiwanya, lalu mengambil pelajarannya, jauh lebih panting ketimbang mencari tahu siapa nama orang-orang itu.

Dua oranq shalih pengikut Musa Setelah-selamat dari kejaran Fir’aun, Musa dan kaumnya disuruh memasuki Baitul Maqdis.  Tapi para pengikutnya enggan.  Kecuali dua orang di antara mereka.  ‘Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi ni’mat atas keduanya: ‘Serbulah mereka dengan melului pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.'” (QS Al Maidah: 23)

 

Orang shalih pemilik kebun

Al-Qur’an juga mengisahkan seorang pemilik kebun yang shalih. la punya saudara yang kufur kepada Allah.  Dengan keshalihan itu ia selamat, sedang kebun saudaranya binasa. ‘Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami bagi seorang diantara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelningi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan diantara kedua kebun itu kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayoan besaar, maka ia berkato kepada kowannya (yang mu’min) ketika ia bercakap-cokop dengan dia@ ‘Hortaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat’.

Dan dia memasuki kebunnya sedang dia dzalim terhadap dirinya sendiri, ia berkata:aku.,., kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu, akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun ini”, Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya:” apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku. (QS Al-Kahfi:32-38).payday loans

 

Seorang laki-laki dari ujung kota

Ada seorang laki-laki shalih yang turun membantu Musa. la membawa informasi rahasia.  Tak diceritakan bagaimana orang tahu informasi panting dari para penguasa saat itu.  Yang pasti, membangun hubungan dengan orang-orang yang punya posisi strategis sangat diperlukan dalam da’wah, meski tak sampai kepada terikat secara loyalitas.

‘Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: ‘Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari koao ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu’. (QS.  Al-Qashash: 20)

 

Orang shalih di tengah kerajaan Fir’aun

Di tengah Fir’aun, ada orang shalih yang telah lama memendam imannya.  Pada waktu yang telah ia tetapkan ia muncul dan menyuarakan imannya serta menyadarkan Fir’aun dan para pengawalnya dengan bahasa keimanan yang penuh wibawa.

‘Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki kareno dia menyatakan: ‘Tuhanku ialah Allah” padahal ia telah datang kepadamu dengan membawo keterangan-keterangan dari Tuhanmu.  Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu’.  Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.”(QS. Ghafir: 28)

‘Dan orang-orang yang beriman itu berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan di timpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadsan kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki perbuatan kedzaliman terhadap hamba-homba-Nya.

Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil memanggil. (Yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk. (QS.  Ghafir: 30 – 33)

 

Pelajaran berharga

Ada pelaiaran tersendiri dari kisah orang-orang shalih tanpa nama yang diabadikan Allah dalam Al-Qur’an itu:

Pertama, bahwa peran-peran tertentu dalam perjuangan da’wah kadang lebih membutuhkan fungsinya ketimbang labelnya.  Meskipun pada saat tertentu formalitas memiliki keperluannya sendiri.  Tapi itu hanya teknis saja.

Kedua, bahwa ada peran-peran strategis dalam da’wah yang membutuhkan kerahasiaan.  Yang hanya boleh muncul pada saatsaat kritis, sesuai kebijakan da’wah yang ada.

Ketiga, bahwa menjadi shalih bukan manopoli orang-orang besar, yang bernama, yang terkenal, yang bergelar, yang punya banyak relasi.  Tidak.  Tapi semua orang punya kesempatan untuk menjadi shalih.

Keempat, bahwa segala bentuk keshalihan harus diikhlaskan untuk Allah SWT.  Tidak untuk yang lain.  Orang-orang shalih tanpa nama yang dikisahkan Al-Qur’an itu justru punya ma’rifah lebih dalam kepada Allah ketimbang orang yang ada disekitarnya. ltu bisa dirasakan dari untaian kalimat-kalimat mereka.  Semua begitu mendalam, penuh hikmah dan begitu tajani.  Tak lain semua itu adalah buah keikhlasan yang selama ini mereka tempa.  Seluruh isi hatinya terpenuhi oleh rasa cita yang tulus kepada Allah SWT.  Bagaimana dengan kita?