Intisari Tafsir Surah Yaasiin

Oleh : Ust. A. Mudhoffar MA.

Surah Yaasiin memiliki nomer surah 36, terdiri 83 Ayat termasuk surah Makkiyyah. Berikut ini ringkasan intisari tafsir Surah Yaasiin :

I – AYAT-AYAT NO. 1 – 12 : RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM BERSAMA KAUM KAFIR QURAISY :

1-      Penegasan Al-Qur’an sebagai kitab yang seluruh kandungannya penuh hikmah dan kebenaran, karena Ia turun dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang  (ayat 2&5; lihat: Q.S. An-Nisa’ 4/82; Fusshilat 41/42).

2-      Penegasan kenabian dan kerasulan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bahwa, hanya jalannyalah satu-satunya jalan lurus bagi kehidupan manusia (ayat 3&4; lihat: Q.S. Al-An’am 6/153; Asy-Syura 42/52-53).

3-      Penjelasan tentang hikmah dan tujuan diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan diturunkannya Al-Qur’an Al-Karim (ayat: 6).

4-      Penegasan bahwa, adzab Allah atas diri seseorang itu berdasarkan ketentuan taqdir Allah, namun dalam pemberlakuannya tetap mengikuti sunnah-sunnah-Nya yang baku pula. Maka adzab yang ditimpakan pada seseorang itu disebabkan karena keengganannya memilih jalan keimanan, dan Allah Maha Tahu akan hal itu jauh sebelum penciptaannya (ayat: 7&8; lihat: Q.S. Yunus 10/33&96; An-Nahl 16/36; Az-Zumar 39/71; Ghafir 40/6 ).

5-      Penjelasan bahwa, cinta kehidupan dunia dan berpaling dari kehidupan Akhirat akan menjadikan seseorang berada diantara dua “dinding penghalang” yang tidak mampu dia tembus untuk melepaskan diri (ayat 9).

6-      Penjelasan bahwa, kekufuran dan dosa-dosa merupakan belenggu pengikat yang menghalangi seseorang untuk bisa menerima dakwah kebenaran dan ajakan berbuat kebajikan (ayat 10&11; lihat: Q.S. Al-Muthaffifiin 83/14).

7-        Penegasan bahwa, pencatatan amal seseorang mencakup kepeloporannya dalam kebaikan dan keburukan semasa hidup sampai sepeninggalnya selama masih ada orang yang  mengikuti dan mengamalkan (ayat 12; lihat H.R. Muslim).

II- AYAT-AYAT NO.13 – 29: KISAH ASH-HABUL QARYAH (PENDUDUK SEBUAH NEGERI) :

1-      Urgensi penggunaan kisah dalam dakwah dan pendidikan sebagaimana yang banyak kita jumpai dalam surah-surah Al-Qur’an, yang sangat efektif untuk memberikan berbagai ibrah dan pelajaran disamping qudwah dan keteladanan (lihat: Q.S. Yusuf 12/111; Hud 11/120; Al Mumtahanah 60/4; dan lain-lain).

2-      Kemiripan sikap umat manusia terhadap dakwah para Rasul ‘alaihimusshalatu wasallam di setiap masa dan tempat, baik dalam pendustaan dan permusuhan mereka maupun dalam alasan pendustaan dan permusuhan itu, karena hal ini memang sudah merupakan salah satu sunnah (ketentuan) baku dari Allah Ta’ala (lihat: Q.S. Ali ‘Imran 2/184; Al An’am 6/34; dan lain-lain).

3-      Cukuplah kebenaran (al haq) itu datang dari Allah Ta’ala, yang tidak  terpengaruh atau ditentukan oleh sikap manusia terhadapnya dan terhadap pejuang serta pembelanya, baik itu sikap penerimaan maupun penentangan (ayat 16 & lihat: Q.S. Al Baqarah 2/147; Ali ‘Imran 3/60).

4-      Yang diminta pertanggung jawabannya dari kita adalah usaha kita dalam berdakwah dengan benar dan optimal, dan bukan hasilnya. Maka dalam berdakwah itu, tidak ada usaha yang sia-sia (ayat 17 & lihat: Q.S. An Nahl 16/35; Asy Syura 42/48; Al A’raf 7/164-165).

5-      Penentangan dan permusuhan orang-orang kafir itu selalu berujung pada ancaman, teror dan  pemberantasan  terhadap pejuang-pejuang kebenaran  sebagai upaya untuk melenyapkan eksistensi kebenaran itu sendiri (ayat 18).

6-      Tathayyur (Keyakinan akan kesialan pada hal-hal dan kejadian-kejadian tertentu yang tidak ada keterkaitan secara logis) itu hukumnya haram dalam ajaran Islam, dan bahkan termasuk kategori syirik ashghar (ayat 18 – 19).

7-      Dalam berdakwah, seseorang harus proaktif mendatangi obyek-obyek dakwah dan tidak hanya pasif menunggu agar didatangi (ayat 20).

8-      Untuk mencapai kesuksesan dalam berdakwah, maka harus dihindarkan segala faktor yang bisa menghalangi sambutan dan penerimaan para mad’u terhadap dakwah para da’i/da’iyah (ayat 21).

9-      Urgensi dan keniscayaan dakwah dengan memberikan qudwah hasanah (ayat 22-25).

10- Penjelasan tentang karamah Habib An Najjar yang menasehati kaumnya semasa hidup maupun sesudah mati.

11- Kewajiban menyampaikan dakwah kebenaran meskipun resikonya besar dan berat.

12- Salah satu bukti kemaha kuasaan Allah pada penghancuran ash habul qaryah cukup dengan satu shaihah (teriakan suara) (ayat 28-29).

III- AYAT-AYAT NO. 30 – 44 : BUKTI-BUKTI KEAGUNGAN DAN KEMAHA KUASAAN ALLAH TA’ALA :

1-   Gambaran umum tentang sikap pendusta-pendusta para nabi dan rasul sepanjang sejarah, yang tetap memilih jalan kesesatan dan tidak mau mengambil pelajaran dari kisah para pendusta terdahulu yang dibinasakan secara silih berganti tanpa pernah ada yang bisa kembali, melainkan nanti akan dihadirkan semuanya  di hadapan Allah untuk diadili dan dihisab (ayat 30-32).

2-   Istihzaa’ (pelecehan terhadap kebenaran dan pendukung serta pembelanya) merupakan salah satu sifat dan sikap baku penentang dakwah Islam (ayat 30).

3-   Penegasan tentang adanya hari kembali kepada Allah untuk penghisaban dan pembalasan (ayat 32).

4-   Salah satu bukti kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang telah mati pada hari kiamat nanti, adalah fenomena tanah mati yang dihidupkan kembali oleh Allah sehingga menjadi subur dan penuh dengan berbagai fenomena kehidupan yang serba dinamis. Disamping kehidupan itu sendiri merupakan sebuah keajaiban dan rahasia besar Allah di alam raya ini (ayat 33-36).

5-   Penegasan tentang adanya sistem perpasangan didalam kehidupan. Dan ini merupakan salah satu mukjizat ilmiah di dalam Al Qur’an, yang membuktikan bahwa, Al Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah. Karena para ilmuan sendiri baru menemukan teori perpasangan itu pada abad ke-20 (ayat 36).

6-   Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain adalah: pertukaran malam dan siang (ayat 37 & lihat : Q.S. Ali ‘Imran 3/190); peredaran matahari (ayat 38); dan bulan dengan manzilah-manzilahnya (ayat 39), dimana masing-masing mengikuti garis edar yang telah ditetapkan secara teliti dan tepat, tanpa saling mendahului, berebut posisi atau bertabrakan (ayat 40).

7-    Tanda kekuasaan Allah yang lain yang sekaligus merupakan bukti kasih sayang Allah pada umat manusia, adalah pada penyelamatan keturunan kaum nabi Nuh ‘alaihissalam yang beriman, yang karenanya keturunan umat manusia bisa berlanjut sampai saat ini dan hingga akhir zaman nanti (ayat 41 – 44). Maka bukankah sepatutnya semua itu membuat umat manusia sadar dan mau bersyukur?

IV- AYAT-AYAT NO. 45 – 54: GAMBARAN SEBAGIAN SIFAT DAN KEADAAN ORANG-ORANG KAFIR :

1-     I’radh (berpaling) dari ayat-ayat Allah, baik kauniyyah maupun syar’iyyah, merupakan salah satu karakteristik dasar orang-orang kafir (ayat 45-46).

2-     Kebakhilan dan keengganan berinfaq serta rendahnya kredibilitas sosial juga merupakan sifat lain yang sangat dekat dan erat  hubungannya dengan kekufuran (ayat 47).

3-     Penetapan aqidah tentang Hari Kebangkitan dan Pembalasan (Hari Kiamat) dengan menyebutkan beberapa tanda kejadiannya: tiaupan Sangkakala oleh malaikat Israfil ‘alaihissalam, kebangkitan dari alam kubur, penghimpunan di Mahsyar, pengadilan dan penghitungan amal dll. (ayat 48-54).

4-     Penegasan bahwa, kejadian Hari Kiamat akan datang secara tiba-tiba, mehingga tidak memberikan kesempatan bersiap-siap kepada siapapun (ayat 49-50; lihat Q.S. Al An’am 6/31; Yusuf 12/107).

5-     Ada pendapat yang mengatakan bahwa, tiupan Sangkakala pada Hari Kiamat itu sebanyak empat kali: Pertama: tiupan pembinasaan merata; Kedua: tiupan pembangkitan kembali; Ketiga: tiupan faza’ (ketakutan) dan sha’q (pingsan); Keempat: tiupan panggilan menghadap ‘Allah Azza wa Jalla. Sementara itu yang disebutkan di surah ini hanya tiga, yaitu yang pertama, kedua dan keempat (ayat 49, 51 dan 53).

6-     Penegasan tentang keadilan Allah yang mutlak dan pasti akan ditegakkan dalam Pengadilan Agung di Hari Kiamat nanti, sehingga tidak  tersisa kedzaliman sekecil apapun bentuknya (ayat 54).

V-   AYAT – AYAT  NO. 55 – 65: TENTANG PENGHUNI SYURGA DAN PENGHUNI NERAKA:

1-     Penetapan adanya Yaum al ma’aad (hari kembali kepada Allah Ta’ala).

2-     Penjelasan tentang sebagian bentuk kenikmatan tidak terhingga yang diterima oleh orang-orang mukmin di Syurga (ayat 55 – 58).

3-     Diantara jenis kenikmatan itu adalah bahwa, Allah ‘Azza wa Jalla akan mengucakan salam sejahtera kepada mereka, disemping merekapun bisa melihat Wajah Allah Jalla wa ‘Ala, yang merupakan kenikmatan puncak terbesar yang didapat oleh orang-orang beriman di Syurga (ayat 58; Q.S. Al Qiyamah 75/23; Al Muthaffifin 83/15).

4-     Penegasan tentang adanya pemisahan yang jelas dan tegas antara tempat orang-orang kafir dan tempat orang-orang mukmin didalam kehidupan Akhirat (ayat 59).

5-     Bahwa orang yang tidak beribadah kepada Allah itu berarti dia beribadah kepada syetan, karena tidak ada alternatif ketiga yang bersifat pertengahan (ayat 60-61).

6-     Penegasan keniscayaan dan kebakuan sikap permusuhan syetan terhadap manusia, maka hendaknya manusiapun menjadikannya sebagai musuh terbesarnya dan menyatakan perang terus menerus terhadapnya (ayat 60 &62; lihat Q.S. Fathir 35/6).

7-     Ketidak berdayaan manusia untuk menyembunyikan dan menutup-nutupi amal buruk dan jahatnya di Akhirat nanti (ayat 65).

Wallahu A’lam Bish Showab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *