Dakwah Rasulullah SAW Menegakkan Islam

I

Para Rasul diutus untuk Iqaamatud Dien (42:13). Kepada setiap umat dari Nabi-nabi itu Allah berikan Syari’ah, undang-undang dan peraturan serta minhaaj, yaitu cara dan jalan atau metoda dan system (4:58). Al Islam yang dibawah Nabi Muhammad saw, adalah Syariah dan Minhaaj yang terakhir yang kaum muslimin dituntut untuk mengikutinya sebagaimana yang tersebut dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Mempelajari sierah Nabawiyah artinya mempelajari al-Islam dari segi Manhaaj, yaitu methoda dan system sebagaimana dicontohkan oleh Nabi saw. Mencontoh perbuatan Nabi saw dalam menegakkan agama adalah suatu keharusan bagi setiap muslim : laqad kaana lakum fii rasuulillahi uswatun hasanah (33:21). Seperti juga dikatakan A’isyah ra ketika ditanya tentang akhlak Nabi saw. Ia berkata : Kaana aakhlaquhul Qur’an. Semua tindakan Nabi baik Qoul (perkataan), fi’il (perbuatan) ataupun taqrirnya (persetujuan) adalah merupakan penterjemahan terhadap al-Qur’an. Oleh karena itu setiap muslim, khususnya para da’I berkewajiban mengkaji Sirah Nabi Saw. dalam melaksanakan tugasnya menegakkan Dienul Islam dimuka bumi.

II

Untuk menegakkan agama atau iqaamatud dien Rasulullah saw. Sebagaimana juga para Rasul sebelumnya, melakukan da’wah ilallah, yakni mengajak orang untuk memeluk agama Islam dengan cara dapat dilaksanakan Rosul dengan sebaik-baiknyaa maka Allah telah memelihara dan men-tarbiyyah beliau secara lansung. Tarbiyyah Allah kepada Nabi-Nya ini dengan jelas dapat kita pelajari antara lain dalam Surah adh-Dhuha : Alam yajidka yatiman fa aawa wa wajadaka dhaallan fa hada, wa wajadaka a-ilan fa aqhna …keyatiman beliau adalah tarbiyah untuk melakukan syari’at ; fa ammaal yatiima fala taghar. Kebingungan beliau merupakan latihan untuk melaksanakan wa ammas saa-ila fa la tanhar. Sedang kemiskinan beliau merupakan tarbiyah untuk melaksanakan wa amma bini’mati Rabbika fa haddist. Begitulah Rasulullah menerima didikan langsung dari Allah swt. Sampai beliau wafat.

III

Ketika usia beliau mencapai umur 40 tahun wahyu pertama turun kepadanya : Iqra’ bismika rabbika ladzi Khalaq sampai Allamal insana ma lam ya’lam. Wahyu pertama ini berisi 5 ayat yang mengandung konsepsi risalah tentang Al-Khaliq, Al-Makhluq dan al-Insan. Tidak lama setelah itu turun pula ayat 6 dari surat Al-Muddatstsir. Wahyu kedua ini berisikan : I’lan (pengumuman) kenabian, perintah beribadah, tazkiyatun-nafs, menjauhi maksiat serta berlaku sabar. Dengan kata lain, wahyu kedua ini berisikan : kewajiban berdakwaaah, maudhau’ud da’wah, yaitu ibadah, tazkiyatul nafs (penyucian jiwa), dan sifat da’i yaitu tidak mengharap balasan, menjauhi maksiat dan berlaku sabar. Selanjutnya diikuti oleh turunnya wahyu ketiga yang  kini dapat kita baca dalam surat Al-Muzammil. Wahyu ketiga ini  berisikan rincian tazkiyyah-nafs, yaitu qiyamul lail, tartil qur’an, dzikrullah dan Tabtiel, (ibadah). Selain itu juga menjelaskan lebih luas arti Rabb dan kewajiban menjadikan-Nya sebagai satu-satunya wakil, pelindung Allah juga mengingatkan bahwa dalam mengembangkan dakwaah ini akan dihadapkaan pada tantangan orang-orang kafir. Itulah sebabnya maka sejak awal sudah diingatkan : Wash-bir ‘alaa maa yaquluun. Ini merupakan peringatan untuk da’i sebelum ia melakukan tugas dakwahnya. Selanjutnya sifat lain yang haris dimiliki oleh da’i adalah jangan emosianal dan jangan menanam kebencian, bila mereka menolak ajakan. Berpisahlah dari mereka, tetapi janganlah perpisahan yang menutup pintu untuk berdakwah kembali : wahjurhum hajran jamilaan. Berikan kesempatan kepada mereka itu untuk berfikir dan nantikan waktu yang tepat untuk mengulang dakwah kepada mereka.

IV

Bagitulah Allah swt mempersiapkan Nabi-Nya untuk berangkat melaksanakan da’wah, memanggil manusia ke jalan yang  benar, dengan persiapan Mudhu’ud da’wah, sifaatuda’iyah, uslubud da’wah dan wasaailud da’wah Nabi saw melalui dakwahnya dengan mengajak keluarganya : Wa andzir ‘ashiratakal aqrobien, wahfidh janaahaka limanillaba ‘akaminal mu’minin (Q.S. 26: 214-215). Maka Khadijah istri beliau adalah orang pertama yang menyambut dakwah kemudian diikuti oleh Ali bin Abi Thalib. Dakwah pada anggota keluarga perlu didahulukan karena mempunyai makna penting bagi pribadi da’i sendiri dan juga berpengaruh terhadap mad’u. setelah Khadijah dan Ali, orang lain yang menyambut dakwah beliau adalah Zaid bin Haritsah dan selanjutnya Nabi meneruskan dakwahnya kepada teman terdekat yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Pilihan Nabi untuk menyampaikan risalah ini kepada Abu Bakar tentu bukan tidak disengaja. Abu Bakar dikenal sebagai orang yang berakhlaq mulia , berpengetahuan luas tentang sosiologi bangsa Arab serta berekonomi kuat. Abu Bakar adalah orang yang qaabilul taghyir, mau menerima perubahan serta giat bekerja. Ditangan Abu Bakar ra dakwah tersebar lebih luas di kalangan orang-orang pilihan yang diharap dapat mengembangkan dakwah. Dakwah waktu itu dilakukan dengan cara sirri (sirriyatud da’wah, sirriyatut-tandzim). Titik tekan isi dakwah pada marhalah (tahapan) ini adalah pembinaaan aqidah dan tazkiyatun-nafs.

Setelah itu mulailah Rasulullah menyampaikan dakwah secara terbuka (jahriyatud da’wah, sirriyatul ta’zim) fash da’bima tu’mar wa a’nil musyrikin. Ina kafainaakul musthzien. (15 :94-95). Nabi mengumpulkan orang-orang quraisy di bukit shafa dan berbicara antara lain : Inni Rasulullahi ilaaaikum kaashshataaan wa ilannaasi ‘aamatan. Bahwa dakwah beliau sejak awal sudah ‘alamiyah (global) disamping mahaliah (sektoral).  Sejak itu dakwah dilakukan dengan jahr terbuka. Dan tantangan pun mulai dihadapi. Orang-orang kafir mulai melakukan berbagai cacian, hinaan dan bahkan siksaan kepada pengikut Nabi saw dan juga terhadap Nabi saw sendiri.

Dalam marhalah ini, meskipun dakwah dilakukan secara terbuka (jahriahtud-da’wah) tetapi pembinaan keluarga muslimin, dan pengorganisasiannya dilakukan secara rahasia, (sirriatut-tandzim). Nabi saw membina umatnya disebuah rumah salah seorang anak muda yang sudah masuk Islam  yaitu Arqom bin Abil Arqom. Pilihan Nabi saw bukanlah tanpa maksud tertentu. Al Arqom sebagai diketahui adalah anak muda yang karena mudanya tidak menjadi perhatian tokoh-tokoh Quraisy. Dia juga tergolong keluarga dari Suku Bani Makhzum yang terhitung suku yang berkedudukan tinggi dikalangan kaum Quraisy. Sehingga keamanan lebih terjamin di rumah itu, karena orang tak akan berani mengganggunya.

Karena dakwah Jahriyah dimaksudkan untuk takwin syahsiyah islamiyah amah (pembentukan kepribdian islam secara umum). Maka sirriatud tandzim dimaksudkan untuk takwin syahsiyah da’iyah (pembentukan kepribadian da’i). Dalam rangka binau jamaah. Isi dakwah waktu itu adalah tetap memperkenalkan prinsip-prinsip ajaran Al-Islam, aqidah dan tarbiyah ruhiyah serta ibadah terutama shalat.

V

Dengan cara yang dilakukan Nabi saw ini Islam menyebar makin luas. Dan sebagai konsekuensi nyata tantanganpun makin berat orang-orang kafir melakukan berbagai penyiksaan terhadap Nabi dan para shahabat beliau, bahkan ada diantara mereka yaitu keluarga Yasir terbunuh karena siksaan. Setelah cara ini dirasakan kurang membawa hasil maka mereka mencoba dengan cara diplomasi bujukan ajakan kerja sama. Ternyata kedua ini pun tidak membawa   hasil apa-apa, dakwah tetap berjalan tanpa mundur  selangkahpun. Akhirnya orang-orang Quraisy melakukan pemboikotan terhadap kaum muslimin dengan maksud mengadakan tekanan-tekanan social dan ekonomi, mengisolir kaum muslimin dari masyarakat Arab umumnya. Cara inipun ternyata tidak membawa hasil seperti yang diharapkan. Yang menarik untuk kita perhatikan sini adalah sikap Nabi dan kaum muslimin menghadapi tantangan-tantangan. Ingat akan Tuhannya, washbir ‘ala maa yaquuluun dan wa a’ridh ‘anil musyrikin. Kaum muslimin tetap istiqomah dan bersabar, ini salah satu ciri lain dari dakwah pada marhalah ini, yaitu ibti’adu anil makrokah. Menjauhkan diri dari clash fisik. Sehingga kita tidak menemukan peristiwa peperangan atau benturan fisik  pada masa itu meskipun penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraaisy  pada waktu itu cukup kejam. Ini merupakan latihan bagi kaum muslimin untuk menghadapi tantangan yang lebih besar lagi seerta latihan untuk bersabar dan menta’ati pemimpin.

VI

Usaha dakwah tidak pernah berhenti umat perlu mendapatkan latihan-latihan. Nabi saw sebagai da’I yang bijaksana mulai melakukan tadribul ‘amal latihan kerja untuk menyampaikan risalah. Maka diperintahkannyalah beberapa orang sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habsyah dan tetap  berdiam pada sahabat beliau di Makkah meneriskan dakwah. Cobaan lain datang menimpa Nabi saw dengan meninggalnya istri tercinta, Khadijah yang salama ini mendampingi Beliau dalam mengembang tugas Ilahi itu dengan  harta dan jiwa serta raga. Tak lama sesudah itu, pula paman Beliau Abu Tholib yang selama ini, meskipun bukan muslim, telah banyak melindungi beliau dari gangguan orang-orang Quraisy. Peristiwa wafatnya kedua orang ini dalam Tarikh dikenal dengan ‘amul huzni, tahun kesedihan.

Usaha dakwah diteruskan. Beliau pergi ke Thaif selama kurang lebih sepuluh hari berdakwah disana, tetapi tidak mendapatkan sambutan. Tidak usaha berlama-lama di suatu obyek dakwah bila orang-orangnya ghoiru qobilidda’wah, tidak menerima dakwah.

Beliau kembali ke Makkah terus berjuang. Keadaan tidak berubah. Tantangan terus bertambah. Allah swt menghibur beliau dengan ber-isro’ dan mi’roj. Sekembali dari perjalanan itu beliau menyampaikan kisah perjalanannya kepada orang-orang Quraisy. Sudah dapat difuga, yang beliau terima adalah ejekan dan tertawaan. Tetapi itu semua tidak menjadikan beliau kecil hati. Orang-orang Quraisy serasa mendapat angin untuk dapat mempengaruhi kaum muslimin di Makkah dengan menyampaikan berita aneh itu kepada mereka. Dengan itu mereka berharap mengikuti Muhammad saw akan meninggalkan ajaran yang selama ini dianutnya. Usaha mereka untuk mempengaruhi kaum muslimin ternyata tidak membawa hasil bahkan Abu Bakar ketika menerima berita itu beliau mengatakan “kalaulah lebih dari itu aku akan tetap mempercayainya”.

Bagi Nabi saw keuntungan besar yang beliau peroleh, dengan demikian beliau tahu tentang tsiqoh, kepercayaan umat kepada Beliau. Umat tetap yakin terhadap apa saja yang datang dari beliau meskipun berita yang diterima sangat aneh terdengar di telinganya.

VII

Kini Nabi saw mulai melihat kemungkinan lain dalam berdakwah. Pada musim-musim haji beliau sengaja mendatangi kemah-kemah orang yang datang dari Yatsrib. Setelah mendapat sambutan dari beberapa orang Yatsrib beliau membai’at mereka untuk setia pada beliau dan ajarannya. Untuk menambah pengetahuan mereka mengenai Al-Islam beliau mengutus seorang shahabat Mus’ab bin Umair sebagai mu’alim yang mengajarkan kepada mereka Al-Islam. Pada musim haji berikutnya jumlah mereka bertambah dan mereka juga berbai’at setia kepada Al-Islam dan Nabi. Itulah bai’atul aqobah seperti yang kita kenal dalam Tarikh. Kini merupakan keberhasilan Nabi dalam dakwah beliau. Mereka yang telah berbai’at berjanji untuk menerima Nabi dan kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib seerta bersedia memperjuankan Al-Islam bersama-sama.

Setelah segala sesuatunya diperhitungkan dan segala sesuatunya tersedia maka beliau memerintahkan kepada para shahabat untuk melakukan hijrah ke Yatsrib dengan cara yang unik dan rapi. Setelah sebagian besar shahabat beliau meninggalkan Makkah, maka beliau ditemani oleh Abu Bakar berhijrah ke Madinah juga dengan siasat yang jeli dan jitu.

VIII

Sampai di Madinah beliau disambut oleh masyarakat kota itu dengan sambutan yang meriah. Seluruh masyarakat termasuk kelompok Yahudi dan musyrikin disana menyambut beliau dengan gembira.  Selamatnya Nabi saw dan para shahabat tiba di Madinah merupakan keberhasilan dakwah dalam rangka menyampaikan al qoidah al ardhiyah. Basis geografis untuk menegakan daulah.

Masyarakat adalah masyarakat yang majemuk, terdiri dari berbagai kelompok etnis dan ideologis, disana ada suku Aus, suku Khazraj, ada Banu Qainuqa dan Banu Qurazhah  serta Banu Nadzir, ada Muhajirin dan Ansor ; ada musyrikin, muslim dan yahudi.

Siasat Nabi saw dalam menghadapi kenyataan ini adalah dengan menyusun program : binaul masjid, muahad dan al watsiqoh (ash-shahifaah) dengan sasaran utama terbentuknya al qoidatu al ijtimaiyah, basis social dan al Quwah al Qodiroh ‘ala Himayah, kekuatan yangs anggup mempertahankan dakwah dan akhirnya tandhimud-daulah wa ad-da’wah syamilah. Pendirian masjid selain untuk beribadah kepada Allah juga tarbiyah jasadiyah dan askariyah bagi muslimin. Mu’akhkha, persaudaraan kaum muslimin dimaksudkan untuk terwujudnya kekuataan rohani untuk mempertahankan dakwah serta penyebarannya. Sedang ash-shahifah dimaksudkan untuk basis social yang mengikat golongan lain bersama-sama mempertahankan Daulah (Negara).

IX

Setelah ketiga program berjalan baik, kini Nabi saw mulai melihat kemungkinan-kemungkinan serangan dari luar, yaitu kaum Quraisy yang tentu tidak merasa senang dengan keberhasilan Nabi saw mewujudkan Daulah di Madinah itu. Maka mulailah Nabi saw melakukan expedisi-ekspedisi dalam rangka tradibul ‘amal dan ma’rifatul maidan menghadapi kemungkinan-kemungkinan tersebut. Selain itu beliau juga mengerti kepentingan setiap kelompok penduduk madinah yang setiap saat mengancam kelangsungan dakwah beliau. Oleh karena itu latihan dan tarbiyah terus dilakukan untuk memperkuat Aqidah Qiyadah dan Ukhuwaah dikalangan kaum muslimin.

Sejak berdirinyta Daulah Islamiyah di Madinah beberapa kali terjadi peperangan untuk mempertahankan Madinah, baik dari Musrikin Quraisy maupun kelompok Yahudi dan lain-lain. Semuanya dilakukan untuk mempertahankan da’wah risalah dalam rangka iqomatud-dien yang merupakan tugas Nabi dan kaum muslimin.

Begitulah sepintas perjalanan dakwah Nabi saw dalam mengakkan agama Allah di muka bumi, sesuai dengan tugas yang dipikulkan kepadanya. Kita semua berkewajiban mencontoh beliau dan berusaha melanjutkan perjuangan tersebut hatta takuna fitnah fiel ardh, semoga…!

“Sesunguhnya Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang yang beriman ketika melihat Allah mengutus diantara mereka seorang  Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membersihkan (jiwa ) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al Kitab dan al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum keatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesalan yang nyata.” (QS. Ali Imron 164)

“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main seeerta senda gurau. Mereka telah tertipu dengan kehidupan dunia.  Peringatkan mereka dengan la Qur’an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatan sendiri. Tidak akan ada baginya macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima hal itu dari padanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan kedalam neraka disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.” (QS. Al An’am 70)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *