Renungan Syawal : Bertahanlah Saudaraku!

Menjadi orang yang baik itu tidak mudah. Namun ada yang lebih tidak mudah daripada itu: bertahan untuk terus menjadi orang baik. Yang terakhir inilah yang disebut sebagai istiqamah, yang secara bahasa berarti lurus. Artinya, orang yang istiqamah itu senantiasa lurus diatas jalan ketaatan tanpa pernah berbelok sedikitpun juga ke kiri atau ke kanan. Jalan lurus ini pernah digambarkan oleh Rasulullah kepada para sahabat beliau. Ketika itu beliau menggambar sebuah garis lurus, lalu membuat garis-garis bercabang di sisi kiri dan kanannya. Selanjutnya beliau mengatakan kepada para sahabat bahwa garis lurus itu adalah jalan menuju ke surga sedangkan garis-garis bercabang di sisi kiri dan kanannya adalah jalan-jalan syetan yang akan menjerumuskan manusia ke neraka.

Dengan kata lain, istiqamah adalah ajeg dalam kebaikan. Jika sekarang kita adalah seorang muslim maka kita harus terus mempertahankan keislaman kita sampai akhir kehidupan kita. Walaa tamuutunna illa wa antum muslimun ‘Dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam’. Demikian pula kita harus menjaga setiap perilaku baik yang ada pada diri kita yang sudah kita biasakan selama ramadhan. Jika ramadhan kemarin kita biasa melakukan shalat malam, tilawah al Qur’an harian, dan amaliah sunnah lainnya, maka hendaknya kita berusaha untuk terus menjaga kebiasaan baik tersebut sampai dengan akhir hayat kita. Rasulullah pernah berpesan kepada para sahabat beliau,”Janganlah kalian seperti Fulan. Kemarin ia biasa shalat malam tetapi kini tidak lagi.”

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan agar kita bisa istiqamah. Pertama, hendaknya kita membekali diri dengan ilmu yang kuat dan pemahaman yang mantap. Suasana hati manusia tidak akan pernah stabil. Syetan pun senantiasa membisikkan ajakan-ajakan jahatnya secara halus kedalam hati manusia. Ketika itulah kekuatan ilmu dan pemahaman akan menjadi benteng pertahanan yang amat kokoh. Ilmu dan pemahaman akan senantiasa membimbing kita untuk terus berada diatas kebaikan.

Namun ilmu dan pemahaman saja tidak cukup untuk menjamin kita bisa istiqamah. Hal kedua yang juga kita butuhkan adalah banyak bertaubat. Meski kita sudah berusaha untuk terus menjadi baik, kenyataannya kita masih saja tidak bisa sepenuhnya luput dari kesalahan dan kekhilafan. Tanpa sadar, seringkali kita terpeleset juga kedalam dosa dan kemaksiatan. Saat terpeleset itulah kita harus segera kembali ke jalan yang lurus, yakni dengan cara bertaubat kepada Allah. Taubat hendaknya kita lakukan dengan segera, agar kita tidak terjerumus terlalu jauh kedalam dosa dan kemaksiatan. Sebab jika sudah terlalu jauh, taubatnya pun akan terasa semakin berat.

Cara ketiga untuk bisa istiqamah adalah berkumpul dengan orang-orang yang baik. Di tengah-tengah komunitas yang baik, kita akan terkondisi untuk terus menjaga kebaikan yang ada pada diri kita. Jika kita salah akan ada yang menasihati dan mengingatkan. Jika kita mau berbuat baik, orang-orang di sekitar kita pun akan mendukung dan menyokongnya. Berbeda halnya jika kita berada di tengah-tengah lingkungan yang buruk. Orang-orang yang ada di sekitar kita pasti akan senantiasa mengajak dan menggoda kita untuk melakukan berbagai dosa dan kemaksiatan.

Lalu cara yang keempat untuk bisa terus istiqamah adalah tidak berlebih-lebihan dan tidak melampaui batas. Sudah menjadi sunnatullah, seseorang yang berlebihan dan melampaui batas dalam segala sesuatu pasti tidak akan mampu bertahan lama. Jika Anda mencoba melakukan shalat malam semalam suntuk tanpa tidur sama sekali, berapa kali Anda akan mampu melakukannya? Segala sesuatu harus dilakukan secara proporsional, sesuai takaran yang semestinya. Dengan cara itulah kita akan bisa langgeng dan ajeg dalam suatu kebaikan.

Dengan keempat cara diatas, semoga kita bisa terus bertahan dalam kebaikan dan ketaatan sampai kematian menjemput kita. Bertahanlah, bukankah hidup kita ini tidak terlalu lama?

Wallahu A’lam bish Showab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *