UWAIS AL-QORNI RA

Birrul-Walidain-121Hari ini kita harus belajar pada Uwais Al-Qorni (w afat 657 M). Sosok sejarah ini teramat Agung di mata Allah dan Rasul-Nya. Dan, Nabi menyebutnya sebagai seorang yang sangat terkenal di langit meski tidak di kenal di bumi.

Uwais, pemuda asal Qaran, Yaman, hari itu berpamitan kpd Ibunya utk pergi ke Pasar Ternak. Ibunya yg sdh sepuh dan lumpuh memberinya restu,  disalah satu sudut pasar, pemuda bersuku Murad ini membeli lembu atau kerbau yg msh kecil. Setelah deal harga, lelaki berwajah belang krn penyakit sopak ini membawanya pulang dgn memanggulnya.

Hari-hari Uwais yg dikenal sebagai penggembala kambing kini dilaluinya dgn aktivitas yg “aneh”. Setiap pagi dan sore, Uwais menggendong lembunya dari rumah menuju bukit yg ia buatkan kandang di atasnya.  Jelas saja aktivitas “nyeleneh” ini hanya menambah daftar cemoohan orang kepadanya. Begitulah kini Hari-hari seorang Uwais; memanggul lembu dari rumah ke bukit.

Rupanya ini jawabannya, ia membeli lembu kecil dan memanggulnya setiap hari dlm rangka melatih fisiknya supaya terbiasa dan kuat saat bulan haji tiba. Dan, di pagi itu Uwais merapat kpd sang bunda. “Ibu, mari kita berangkat Haji!”
Dengan apa, Nak? Mana ada bekal utk kesana?” Sahut sang Ibu dgn raut kaget.
“Mari Bu, saya gendong Ibu. Perbekalan kita Insya Allah cukup.” Ujar Uwais meyakinkan sang Ibu. Sang Ibu hanya bisa berurai air mata.

Dan, pagi itu Uwais sang anak sholeh ini menyaruk kaki, melintasi sahara panas dengan mengendong sang Ibu tercinta. Berminggu-minggu ia lewati perjalanan mission impossible sejauh 600 km ini dengan penuh ikhlas dan sabar. Sampai akhirnya Kabah pun sudah berada persis di depan matanya. Mereka berdua pun akhirnya berhaji, Menyempurnakan keberislaman mereka.

Allahu Akbar. Sungguh setiap langkah Uwais telah menggetarkan langit. Pantaslah para malaikat terkesima dan membalas tasbih.

 

UwaisAl Qarni dan Khalifah Umar bin Khattab

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” “Ada,” jawab mereka.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”

Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”

Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jemaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya, “Siapa namamu?”

“Uwais,” jawabnya.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana?’

Dia menjawab, “Dari Qarn.”

“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.

Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”

Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”

“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’

Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”

“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.

“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.”

Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”

Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!”

Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”

Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.”

Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.

Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?”

Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *