Setiap Habis Ramadhan

Ketika Ramdahan hampir tiba, seluruh ummat Islam di penjuru dunia menyambutnya dengan penuh bahagia.  Acara yang dibentuk atas dasar kecintaan hamba akan hadirnya bulan penuh barakah ini. Sebagian lagi merayakanya dengan menggadakan tasyakuran, atau silaturrahmi untuk bermaafan. Dan banyak lagi kegiatan yang dilakukan ummat Islam menjelang datangnya sang Ramadahan.

Ummat Islam tidak hanya bahagia menyambut Ramadhan, tapi bentuk kebahagian itu direalisasikan dengan semangat ibadah di bulan tersebut. Lihat saja di awal Ramadhan, semuanya berlomba-lomba untuk sholat jama’ah ke masjid. Semuanya saling ingin lebih dalam ibadah, baik itu ritual maupun sosial. Pokoknya semua yang bernilai kebaikan akan disikat oleh kaum muslimin. Bulan Ramadhan pun seketika jauh berbeda dari bulan lainya, berbeda dari segi sosial atau dari segi ritual. Biasanya orang tidak begitu suka untuk bersedekah dan berinfaq, pada bulan ini serempak ummat Islam memperbanyak sedekah. Yang biasanya tak perduli dengan nasib tetangga, kini di bulan ini seluruh ummat Islam menjadi peka sosial. Dan lebih menakjubkan lagi, orang yang biasanya tidak pernah baca qur’an di bulan biasa, namun di bulan ini hari-harinya diisi dengan membaca qur’an atau sering kita sebut ‘tadarussan’.

Aktivitas Ramadhan telah mengkonter segala kebaikan, baik itu berbentuk vertikal atau horizontal. Vertikal yaitu dengan banyaknya ummat Islam beribadah kepada Allah, membaca qur’an, zikir dan memperbanyak sholat sunnah. Dan kebaikan horizontal lebih kepada hubungan seseorang dengan orang lain. Tak ada kegiatan seindah bulan Ramadhan. Belum ada bulan lain yang mengalahkan rutinitas muslim di bulan Ramadhan. Maka wajar kalau hadist mengatakan “kalau seandainya kalian tahu apa yang ada di bulan Ramadhan, pasti kalian akan minta seluruh bulan adalah bulan Ramadhan”. Mengapa tidak, kebiasaan yang tak dilakukan di bulan lain malah berkeliaran di bulan Ramadhan. Yang biasanya orang saling cuek-cueakan, di bulan ini solidaritas ummat Islam terbangun.

Kita semua merasa miris bila saja ada kaum muslimin yang hanya baik di bulan Ramadhan. Seakan mereka menyembah Ramadhan, seperti pepatah ulama “Man ya’budu Ramadhan fainnahu qod mata, man ya’budullah fainnahu hayyun layamut”. Barang siapa yang menyembah Ramadhan sesungguhnya Ramadhan sudah mati (pergi), barang siapa menyembah Allah sesungguhnya maha hidup dan tak akan mati. Pepatah ini keluar dari keresahan seorang ulama melihat aktivitas ummat Islam di luar Ramadhan. Aktivitas yang sangat jauh berbeda dari aktivitas di bulan Ramadhan.

Lantas setelah Ramadhan apa yang telah kita dapat?. Kebaikan apa saja yang semestinya kita teruskan di bulan-bulan lain. Sehabis Ramadhan biasanya ada beberapa karekter yang terbentuk. Dan tentunya pembentukan karekter tersebut ke arah yang lebih baik. Selepas Ramadhan ada beberapa hal yang harus dan penting kita jaga. Kebiasaan di bulan Ramadhan yang harus kita biasakan di bulan-bulan lain. Sebab pada intinya Ramadhan sebenarnya adalah training, pastinya setelah training ada hal-hal baik yang telah kita dapat.

Ada tiga sifat yang diasah di bulan Ramadhan. Tiga sifat inilah yang mesti kita jaga sampai kita menghembuskan nafas terakhir. Pertama, di bulan ini kita dibentuk untuk menjadi orang sabar. Dalam menjalankan puasa pastinya membutuhkan banyak kesabaran ; kesabaran dari menahan haus dan lapar, kesabaran untuk menjauhkan diri dari maksiat dan kesebaran untuk selalu memperbanyak amal kebajikan. Coba saja kita kembali kebelakang ke Ramadhan yang telah lalu, kesabaran-kesabaran kita selalu diuji. Dari mulai hendak sahur kita harus sabar merelakan jam tidur dikurangi, atau ada yang malah tidak tidur hanya untuk masak sahur. Setelah sahur kita harus menjaga sikap dan prilaku, agar pahala puasa tidak berkurang. Menjaga sikap dan prilaku tidak membutuhkan apa-apa kecuali kesabaran yang mapan. Sampai ketika waktu berbuka tiba, lagi-lagi kita harus bersabar untuk tidak makan berlebihan. Karena akan membuat kita malas untuk sholat tarawih. Dan tentunya agar puasa kita tak terkesan ‘ibadah balas dendam’. Yang sedari pagi kelaparan, saat berbuka makan sampai kekenyangan sebagai ganti rasa lapar tadi siang.

Kesabaran ini sangat dibutuhkan untuk melawan hidup yang tak sesuai dengan keinginan. Misalnya, kita ditimpah bencana alam, atau meninggalnya orang yang sangat kita cintai. Dari pendidikan Ramadhan tentang sabar, pasti kita bisa menahan kesedihan itu dan tetap bersabar. Banyak lagi contoh kasus sehari-hari yang membutuhkan kesabaran penuh. Dan semua itu akan bisa diatasi berkat latihan kita selama sebulan di bulan Ramadhan.

Kedua, pada saat kita berpuasa sebenarnya Ramadhan membentuk sikap ‘istiqamah’. Bayangkan, dari awal sampai akhir Ramadhan kita harus mempertahankan puasa. Tidak boleh ada puasa tertinggal walau hanya satu hari. Bukan hanya itu, dalam ibadah sunnah seperti tarawih itu pada hakikatnya untuk menuju ke sifat istiqamah. Mampukah kita bertahan untuk sholat tarawih setiap malam. Bisakah kita untuk selalu berpuasa di siang hari tanpa ada putus-putusnya. Nah, di Ramadhan inilah keistiqamahan itu diuji, diasa dan digenjot sampai matang. Bila saja ada seseorang yang hanya bertahan puasa satu dua atau tiga hari, jelas sehabis Ramadhan tak ada sifat ini pada dirinya. Sebaliknya, kalau sedari awal Ramadhan ia terus bertahan untuk puasa.Setelah Ramadhan tanpa disadari sifat keistiqamahan ini akan menemani hari-harinya.

Implementasinya setelah Ramadhan, kita dianjurkan untuk terus istiqamah dalam ibadah. Berbuat baik antara sesama, yang semuanya ini tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali. Tapi, harus dilakukan secara rutin dan istiqamah. Sebab Allah lebih menyukai ibadah hamba yang sedikit tapi rutin dikerjakan. “Ada dan tidaknya Ramadhan kita harus berbuat baik”begitulah kira-kira prinsip seorang yang sudah istiqamah.

Ketiga, yang paling sangat penting hasil dari terapi Ramadhan adalah membentuk ‘keikhlasan’ seorang hamba. Tanpa disadari orang-orang muslim yang berpuasa jiwa keikhlasanya telah terbangun. Karena jelas dalam puasa hanya hamba dan Allah lah yang tahu. Selama sebulan keikhlasan itu dihidupkan, dibangkitkan kembali. Ibadah yang paling cepat membentuk seseorang menjadi ‘ikhlas’ tidak lain adalah puasa. Baik itu puasa di bulan Ramadhan atau bulan-bulan lain. Dari asahan Ramadhan ini biasanya seorang mukmin menjadi mukhlisin dan mukhlasin. Orang –orang yang ikhlas dan diikhlaskan oleh Allah.

Yang diinginkan dari keikhlasan ini setelah Ramadhan adalah menyucikan kembali setiap aktivitas, tentunya aktivitas yang tak bermotif lillahi ta’ala. Segala kegiatan kita setelah Ramadhan dituntut untuk selalu ikhlas, semuanya dilakukan karena Allah. Tidak karena si fulan, agar dapat pujian dari si fulan. Kalau sudah keikhlasan itu ada di setiap lini kehidupan, akan sangat mudah kebaikan itu mengalir dari tingkah lakunya. Seperti aliran air dari dataran tinggi sampai ke dataran yang paling rendah.

Maka kalau kita sadari sehabis Ramadhan, tiga hal inilah yang selama ini dibentuk oleh Ramadhan. Maka tidak lagi heran dengan perkataan “setelah Ramadhan kita akan kembali fitri”. Karena sangat jelas di masa Ramadhan tiga hal penting tadi dibentuk ; kesabaran, keistiqamahan dan keikhlasan. Oleh karena itu, sehabis Ramadhan tanpa disadari kita telah mendapatkan senjata hidup bahagia dunia dan akhirat. Senjata yang harus diasah setiap hari, dan digunakan untuk beraktivitas.

Sehabis Ramadhan, pertahankan tiga hal yang telah dibentuk oleh Ramadhan ; kesabaran, keistiqamahan dan keikhlasan. Tidak wajar kalau setelah Ramadhan sifat dan tingkah laku kita sama saja. Minimal dari tiga hal di atas, ada satu atau dua yang terbawa sampai setelah Ramadhan pergi. Ramadhan boleh saja pergi, tapi tidak dengan tiga hal di atas. Ramadhan tidak ada di kehidupan kita tak masalah, asalkan hasil dari Ramadhan selalu menyertai setiap aktivitas kita.

Terima kasih Ramadhan atas pelatihan yang selama ini diberikan kepada ummat Islam sedunia. Kaum muslimin akan menantimu tanpa harus meninggalkan hasil dari pelatihan yang lalu. Ramadhan adalah suatu bulan yang kepergianya memberikan banyak bekas dan kedatanganya dinanti ummat Islam di seluruh dunia. Selamat berjumpa lagi Ramadhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *